PAPER 6
CINTA
DAN KASIH SAYANG
Cerpen Sedih : Kasih Seorang Ibu
Ada
sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah desa kecil, suatu ketika ada seorang
ibu yang penuh kasih pergi ke kota besar, setelah kembali ke rumah dirinya
berubah total dari sebelumnya. Semula ibu ini sangat mengasihi puterinya, tak
peduli seberapa larut pun anaknya pulang rumah, dia akan menunggu untuk
membuatkan makanan enak dan diantarkan ke hadapan anaknya.
Akan
tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi
mengurus anaknya, biar pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak
pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak
merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan nada
dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum bisa masak sendiri?”
Dari
itu, sang anak berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, lalu timbul
perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian
sendiri, menata kamar sendiri, saat lapar memasak sendiri, semua urusan harus
dikerjakan sendiri, sebab biar pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau
mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan
kalau sang ibu sudah tiada.
Tak
seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini,
sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap dingin dan
seakan bermusuhan, sehingga kematian ibunya tidak membawa dampak kesedihan sama
sekali pada dirinya.
Selanjutnya
ayahnya kimpoi kembali, setelah ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa
ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan
nasi baginya, setelah lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi hubungan
dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis.
Sang
anak belajar dengan keras dan akhirnya berhasil dalam ujian masuk perguruan
tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia
tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, ketika sedang diliputi kecemasan,
ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan kalau
sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan agar pada saat menemui kondisi
paling sulit, baru boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.
Sang
anak menerima kotak ini dari ayahnya, ketika dibuka ternyata di dalamnya ada
setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.
Dalam
surat tersebut tertulis pesan ibunya:
Anakku,
kali itu ketika ibu pergi ke kota, sebetulnya ibu pergi memeriksakan kesehatan
tubuh, setelah dilakukan pemeriksaan, barulah ibu tahu kalau ibu terkena kanker
dan sudah stadium akhir, saat itu ibu hampir-hampir tidak bisa berdiri lagi.
Ibu bukan khawatir akan diri ibu, akan tetapi ibu khawatir akan dirimu. Ibu
berpikir jika ibu sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil,
bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu?
Dari
itu, sepulangnya ibu ke rumah, ibu bersikap dingin kepadamu dan ingin kamu
mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu agar kamu membenci
ibu, dengan demikian sesudah ibu sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu
tidak akan diliputi dengan kesedihan.
Anakku,
walau ibu tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ibu sebetulnya
tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ibu
tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ibu tetap menunggumu pulang.
Ketika
kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ibu membiarkanmu masak sendiri,
sebab ibu berharap sesudah ibu tiada nanti, kamu bisa menjaga diri. Dulu ibu
mengerjakan semuanya untukmu, namun sesudah ibu tiada nanti, siapa lagi yang
akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu
sendiri.
Ibu
berlaku buruk padamu, bahkan tidak memasakkan nasi untukmu dan semua pekerjaan
harus kamu lakukan sendiri, maka dengan demikian ketika nanti ayahmu kimpoi
kembali, kamu akan berpikir bahwa ibu baru akan lebih baik dari ibu, sehingga
kalian akan dapat berhubungan dengan baik dan hari-harimu akan lebih mudah
dilalui.
Dalam
kotak ini ada uang 5000 dolar yang diberikan nenek kepada ibu, sebetulnya ini
adalah uang berobat ibu, namun ibu tidak rela menggunakannya, ibu tinggalkan
untukmu dengan harapan ketika nanti kamu masuk perguruan tinggi dan membutuhkan
uang, kamu dapat menggunakannya. Sekarang, ibu meminta bantuan ayah untuk
menyampaikannya kepadamu.
Air
mata segera mengaburkan mata sang anak, juga mengaburkan sepasang mata kita
yang membaca kisah ini, kasih ibu terhadap anak sungguh tanpa pamrih dan penuh
akal budi, mana mungkin ada ibu yang tidak mengasihi anaknya?
Ketika
dia harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anak, harus berusaha
keras untuk memperlihatkan wajah dingin kepada anaknya, saya sungguh sulit
membayangkan, betapa menderitanya perasaan ibu ketika itu, namun demi
perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di
masa mendatang, ibu rela menerima segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk
membiarkan sang anak salah paham terhadapnya.
Namun
apakah sebagai anak, kita mau memahami isi hati ibu?
Teringat
pernah sekali, di dalam sebuah lift bertemu dengan seorang anak, ketika ibunya
dengan sabar membimbingnya, anak ini terlihat tidak sabaran dan mengeluhkan
kalau ibunya cerewet, bahkan marah-marah dan meminta ibunya agar tutup mulut.
Ibunya juga marah, namun tetap menahan diri dengan terus meminum air mineral di
tangannya, pada saat ini sang anak sama sekali tidak sadar akan betapa sedihnya
hati ibunya.
Cinta
kasih harus dirasakan dengan kesungguhan hati, ketika kita membantah ayah dan
ibu kita, mengapa kita tidak menyadari kalau sepatah perkataan penuh emosi kita
telah pun menyebabkan luka mendalam di dalam hati ayah dan ibu. Ketika ayah dan
ibu sedang memberi bimbingan kepada kita, apakah kita dapat menyadari betapa
besarnya hati kasih orangtua kepada anak? Atau kita menganggap ayah dan ibu
tidak senang melihat kita dan selalu mencari masalah pada diri kita.
Ketika
ibu memukul dan memarahi kita, apakah itu benar-benar disebabkan karena ibu
tidak menyukai kita?
Pernah
mendengar seorang ibu berkata demikian: Anak-anak tersayang, tidak semua ibu
dapat berbuat seperti yang kalian harapkan, kalian semestinya mau mengerti akan
tindakan ibu kalian dan jangan pernah menyalahkannya. Saya percaya, ibu kalian
dan termasuk ayah kalian akan mencintai kalian selama-lamanya, tak peduli
metode apa yang dipergunakan, mereka akan tetap berdiri di sisi kalian untuk
selama-lamanya, tetap berharap kalian agar kalian cepat tumbuh dewasa dan
nantinya dapat berbuat lebih banyak bagi negara dan masyarakat.
Benar
sekali, ibu selalu mengasihi kita, mengapa kita masih saja meragukannya?
Apakah
kita tahu kalau di mata ibu, kita selama-lamanya adalah anak-anak, biar pun
kita telah berusia 80 tahun dan punya banyak anak cucu, ibu kita tetap
mengkhawatirkan diri kita: apakah pakaian yang dikenakan sudah cukup hangat,
apakah di malam hari tubuh ada ditutup selimut dengan baik, apakah ada makan
kenyang, dan seterusnya.
Kasih
ibu adalah sedemikian besar dan tanpa pamrih, bagaikan sumber air yang terus
mengalir deras tanpa pernah berhenti. Akan tetapi, bilakah kita sebagai anak
dapat benar-benar memahami akan isi hati ibu?
Pernah
ada orang yang mengumpamakan kasih ibu bagaikan tanaman bunga di tepi jalan,
tiada orang yang peduli, tiada orang yang merawat, tiada orang yang memberi
perhatian, namun tak peduli dalam cuaca bertopan, hujan deras atau hawa dingin
membeku, asalkan ada sedikit sinar mentari dan embun hujan, dia akan tetap
tumbuh dan berbunga lebat.
Jangan
lagi mengenyampingkan tali kasih ini, kasih ibu tiada pamrih dan kita perlu
secepatnya memahaminya dengan sepenuh hati, merasakannya dengan sepenuh hati
dan membalas budi luhurnya dengan sepenuh hati.
“Pohon
ingin tetap tenang, namun angin terus berhembus; anak ingin berbakti, namun
orangtua sudah tiada”, pastikan penyesalan seperti ini jangan sampai terjadi
dalam kehidupan kita ini. Kita harus tahu bahwa ketika kita membuka pintu rumah
dan memanggil “Ibu”, masih ada orang orang yang menyahut adalah suatu hal yang
sangat membahagiakan. Dari itu, marilah kita menghargai kasih sayang termurni
dan paling sulit diperoleh di dunia ini, kita juga harus membalas budi luhur
ibu dengan cinta kasih kita yang paling tulus.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar