2. Kebudayaan
1.2 Pengertian
kebudayaan
Kata "kebudayaan berasal dari
(bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari
kata "budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan
sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian
Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan,
seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat
yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat,
didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya
Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta :Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture)
yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
1.2 Unsur
unsur kebudayaan
Unsur
kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan
yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur
tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas daripada sekedar
penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Kluckhohn ada tujuh
unsure dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan,
system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian
hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih
jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
1. Sistem religi
dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia
yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas
kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat
“menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga
menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk
membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan
usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan, merupakan
produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah.
Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun
organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem
pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan
dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran
orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui,
kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan
pengetahuan ini menyebar luas.
4. Sistem mata
pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus
menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem
teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus
mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih
mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa,
merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada
mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam
bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian,
merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk
memenuhi kebutuhan psikisnya.
Perlu dimengerti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang membentuk
struktur kebudayaan itu tidak berdiri lepas dengan lainnya. Kebudayaan bukan
hanya sekedar merupakan jumlah dari unsur-unsurnya saja, melainkan merupakan
keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat (integrasi),
yang membentuk kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi
secara timbale-balik. Apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur, maka
akan menimbulkan perubahan pada unsur
yang lain pula.
1.3 wujud kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain
yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan
ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang
memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau
mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat
dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan
lebih sulit dipahami. Koentjaraningrat dalam karyanya kebudayaan. Mentaliter,
dan pembangunan menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga wujud kebudayaan,
yaitu :
1. Sebagai suatu
kompeks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya.
2. Sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Sebagai
benda-benda hasil karya manusia. (koentjaraningrat, 1974:15).
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya
abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia.
Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member
jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau
culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai
tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit
sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu
seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit
berupa benda-benda yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud
kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu
dengan yang lainnya.
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki system nilai. Menurut
C.Kluckhohn (1961:38) dalam karyanya Variations in Value Orientation, system
nilai budaya dalam semua kebudayaan yang ada di dunia sebenarnya berkisar pada
lima masalah pokok dalam kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakikat dari
hidup manusia (manusia dan hidup, disingkat MH)
2. Hakikat dari
karya manusia (manusia dan karya, disingkat MK)
3. Hakikat
kedudukan manusia dalam ruang waktu (manusia dan waktu, disingkat MW)
4. Hakikat
hubungan manusia dengan sesamanya (manusia dan manusia, disingkat MM
1.4 orientasi
nilai kebudayaan
Terdapat banyak nilai kehidupan yang
ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai kebudayaan pasti
berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini
memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika
dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai
budaya hampir serupa.Lima Masalah Dasar Dalam Hidup yang Menentukan Orientasi
Nilai Budaya Manusia ( kerangka Kluckhohn ) :
Hakekat Hidup
1. Hidup itu
buruk
2. Hidup itu
baik
3. Hidup bisa
buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikthtiar agar
hidup bisa
menjadi baik.
4. Hidup adalah
pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
Hakekat Karya
1. Karya itu
untuk menafkahi hidup
2. Karya itu
untuk kehormatan.
Persepsi Manusia Tentang Waktu
1. Berorientasi hanya
kepada masa kini. Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi
orientasi ini bagus karena seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti
akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari-harinya.
2. Orientasi masa lalu. Masa lalu memang bagus untuk
diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa yang sepatutnya
dilakukan dan yang tidak dilakukan.
3. Orientasi masa
depan. Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan lainnya,
pikirannya terbentang jauh kedepan dan mempunyai pemikiran nyang lebih matang
mengenai langkah-langkah yang harus di lakukann nya.
1.5 Perubahan
kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah,
sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai
hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang
hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia
terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu
- Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
- Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial
dan pola-pola hubungan sosial. Perubahan sosial adalah perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya. Sedangkan perubahan kebudayaan terjadi apabila suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan
asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu
dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Perubahan kebudayaan
adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para
warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.
Proses akulturasi di dalam sejarah
kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam. Biasanya suatu masyarakat hidup
bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi
hubungan-hubungan. Pada saat itulah masing-masing unsur kebudayaan saling
menyusup. Beberapa masalah yang menyangkut proses tadi adalah
A. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan
asing yang mudah diteruma adalah
- Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya.
- Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar
- Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakt yang menerima unsur-unsur tersebut.
B. Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima
oleh suatu masyarakat adalah
- Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan
- Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi
C. Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang
masuk melalui proses akulturasi.
Suatu masyarakat yang terkena proses
akulturasi selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan
tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut
2.
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama dan
ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan
unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran
yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh
warga masyarakat yang bersangkutan
Proses akulturasi yang berjalan dengan
baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan
unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian unsur-unsur kebudayaan asing
tidak lagi dirasakan hal yang berasal dari luar. Unsur-unsur asing yang
diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga
bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula.
1.6 kaitan
manusia dengan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan sangat erat terkait satu
sama lain. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun
menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari dan juga dari
kejadian-kejadian yang sudah diatur oleh Sang Pencipta.
Budaya tercipta/terwujud
merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Di samping
itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi,
kemauan, fantasi dan perilaku.Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia
maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara
manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu
sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena
manusia yang menciptakannya dan manusia
dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya Manusia.
1.7 contoh
kasus kebudayaan
Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa
kini karena banyak Pimpinan Indonesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri
dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya lain. Kesalahpahaman atau
konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya Indonesia antara lain
konflik Ambon, Poso, Timor-timor dan konflik Sambas.
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat
yang statis. mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat
kelahirannya, juga memiliki ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan
masyarakat Bugis. Sebagai kaum pendatang yang tidak memiliki lahan, mereka
sangat dinamis dan mampu menangkap peluang dengan cepat. Pada umumnya mereka
adalah pedagang. keadaan ini menyebabkan masyarakat Bugis banyak menguasai
bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan finansial mereka lebih besar
yaitu lebih kaya. Sedangkan warga local (Ambon) hanya bisa menyaksikan tanpa
mampu berbuat banyak. Akibatnya, kesenjangan ini kian hari kian bertambah dan
menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah meledak. Sepertinya konflik
Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konflik Ambon. Hal sama juga
terjadi di timor-timor. Ketika tim-tim masih di kuasai Indonesia, masyarakat
Tim-Tim yang statis tidak berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya
bersuku Batak, Minang, Jawa, penguasa di berbagai bidang ekonomi, sehingga
terjadi kecemburuan social. Kondisi serupa terjadi di Sambas. Konflik yang
terjadi karena suku Madura yang menguasai sebagian besar kehidupan ekonomi
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar